Jumat, 25 Mei 2012

Saying ' I LOVE YOU"


 inilah fanfiction karya terbaruku. selamat membaca : 

Saying ‘I LOVE YOU’
 cast : Jo Twins, Fei Lin, No Minwoo, Jeongmin and other cast
genre : romance, school, family, sad/happy end

 Chapter 1

“aku .. suka .. kamu ..” ucap seorang namja tampan dan polos sambil menunduk. Jemari dan kaki2nya tak pernah bisa diam. Saling menaut tanda kalau dia gugup dan ragu mengucapkannya
“aku juga suka padamu kwang-ah. Kita kan sudah bersama sejak kecil.” Balas seorang gadis manis di hadapannya sambil tersenyum
“bukan .. suka .. yang .. itu ..” ucap namja polos
 “suka yang mana ?” gadis manisnya pun heran.  Dahinya mengerut tanda heran.
“suka .. sebagai .. kekasih ..” ucap namja itu berusaha menjelaskan namun dia sadar kalau ucapannya membuat raut muka pada gadis tersayangnya itu berubah dan dia pun segera berbalik dan melarikan diri. Dia sadar kalau mana mungkin ada gadis normal dan manis seperti gadis itu yang akan suka padanya. Yang hanya seorang namja polos dan tak bisa apa2.
‘bodoh sekali diriku. Berbicara saja belum pandai sudah berani menyatakan cinta’ batinnya sambil berlari. Memukul bibir tebalnya yang menurutnya sangat gegabah.

***

Fei Lin  POV’s

Matahari pagi sangat hangat kali ini. Cukup untuk meredakan suasana hatiku. Meskipun mataku masih mengantuk karena tak biasa bangun lebih pagi, aku tetap bertahan demi bisa mengembalikan sahabatku. Jujur aku merasa kesepian kini. Sahabatku seperti berusaha menjauh dan menjauh. Sikapnya aneh belakangan ini dan membuat aku sendiri heran setengah mati. Apa aku berbuat salah padanya ? entahlah, yang pasti pagi ini aku akan segera minta maaf jika ada kesalahan yang tanpa kusadari sudah kubuat. Aku tak tahan kalau dimusuhi seperti ini apalagi oleh dia.
Aku melangkah perlahan menuju kamarnya. Dengan hati-hati kuketuk dan akan segera ku ajak untuk berangkat bersama kesekolah.

Tok Tok Tok#kuketuk pintunya

Tak sampai 2 menit, pintu sudah terbuka dan kulihat sahabatku itu sudah berpakaian rapi dengan tas ranselnya dipundak.
“selamat pagii.. lama kita tidak berangkat bersama. Ayo ..” ajakku sambil meraih pergelangan tangannya dan dia pun hanya ikut saja.
“tunggu .. dulu ..”
“waeyo kwang-ah ??” tanyaku heran
“kamar .. ku .. belum .. di .. tutup ..” ucapnya dan akupun sadar atas kebodohanku dan beralih menuju pintu kamarnya. Menutup dan menggandengnya lagi.
Kami pun melangkah santai menuju sekolah. Demi bareng dengannya, aku bangun pagi sekali. Sebetulnya kami biasa berangkat bersama namun seminggu terakhir setiap kuhampiri, dia pasti sudah berangkat lebih dulu. Kata ibu panti, dia sudah berangkat dari tadi. Menyedihkan sekali.
“kwang-ah .. kau aneh sekali akhir2 ini.” Kataku di sela langkah kami
“mianhae ..” ucapnya
“harusnya aku yang berkata seperti itu. apa aku ada salah padamu sampai sikapmu berubah ?? seandainya ada, aku ingin minta maaf. Mianhae, aku tak bisa kau diami seperti itu. hidupku terasa sangat tidak nyaman.” Ucapku
“kau .. tak .. salah .. aku .. yang .. salah .. aku .. egois .. miahae ..” jelasnya perlahan-lahan. Aku tahu dia kesulitan dalam berbicara. Aku sudah terbiasa dengan kondisinya itu.
“baiklah. Anggap saja kemarin tak pernah terjadi, aku juga tak akan banyak menuntut penjelasan atas sikapmu. Asal kita tetap berteman, itu sudah lebih dari cukup. Besok dan seterusnya kita tetap berangkat sekolah bersama ne, ?” tanyaku dan dia pun mengangguk tersenyum manis sekali. Senyumnya seperti malaikat yang selalu berhasil membuat hatiku nyaman. Aku sadar kalau senyumannya itu sudah seperti kebutuhan dalam hidupku yang kesepian ini. Sejak kecil di saat sendiri, hanya kwangmin yang bersedia menghampiriku dan menghapus segala airmata tangisanku. Aku ingat pertemuan pertama kami, 12 tahun yang lalu ketika aku sedang menangis.
Flashback :

“hiks .. hiks .. eomma kembalilah. Aku janji tak akan nakal lagi. hiks .. tak akan minta mainan, tak akan manja, tak akan menyusahkanmu. Hiks .. aku akan menjadi anak manis sesuai harapanmu. Jangan pergiii ..” tangisku membuncah saat itu. aku hanya bisa berjongkok sembari memeluk kedua lutut mungilku. Menangis dan berharap. Berharap agar eomma mau kembali dan merengkuhku dalam kehangatannya. Kemarin dia meninggalkanku di tengah orang-orang yang tak ku kenal dan aku pun di antar ke suatu rumah sederhana yang di dalamnya terdapat banyak anak-anak berusia di bawahku, seusia denganku bahkan di atasku. Mereka menatapku seakan aku adalah makhluk aneh yang entah dari planet mana yang berniat merusak kehidupan mereka. Tergambar pandangan tidak suka dan mereka selalu mengabaikanku. Setiap aku minta bantuan, mengajak berkenalan ataupun ingin bermain bersama, mereka terlihat tidak senang dan tak mau menerimaku.
“eomma .. aku takut sendiri. Hiks hikss ..” tangisku lagi
“kau .. tak .. sendiri ..” setiap kata2 yang terdengar terpisah namun sarat kelembutan. Aku pun mengangkat kepalaku untuk melihat siapakah itu.
Seorang anak laki-laki sudah ikut berjongkok di hadapanku. dia tersenyum sangat manis. Mata besarnya sangat indah. Dia bagaikan malaikat kecil yang tampan. Ia memeluk sebuah boneka yang menurutku terlihat usang. Boneka pikachu yang sangat lucu. Kulihat kepalanya tengah di perban.
“kau siapa ?” tanyaku
“nama .. ku .. kwangmin .. kau .. siapa .. ?” apa dia gagap ? setiap kata-katanya terdengar terpisah
“namaku fei lin. Kenapa kau mau berbicara denganku ??” tanyaku
“karena .. kita .. sudah .. seharusnya .. berteman .. orang .. orang .. sangat .. egois .. mereka .. menjauhi .. ku .. apa .. kau .. juga .. seperti .. itu .. ?” tanyanya. Aku bersabar dan penuh seksama mendengar setiap ucapannya. Aku merasa senang ternyata masih ada yang mau berteman denganku. Setidaknya aku tak akan kesepian lagi.
“aku senang kau mau berteman denganku.” Kataku tulus, dia pun meletakkan boneka dalam pelukannya di atas tanah lalu mengulurkan tangannya ke arah wajahku.
“kalau .. begitu .. jangan .. menangis .. anak .. perempuan .. itu .. manis .. kalau .. tersenyum ..” ucapnya tulus sambil mengusap air mataku. Aku pun tersenyum.
Sejak saat itu, dialah sahabatku. Dia bagaikan saudara bagiku. Wajahnya tampan, mempesona dan polos. Tapi ternyata di balik itu semua, ia mengalami hal yang jauh lebih buruk dariku. Aku mengetahui itu pun tak sengaja ketika melewati ruangan ibu panti beberapa hari kemudian yang ternyata sedang ada obrolan serius.
“betapa malangnya anak itu.” sebuah suara lembut yang ku yakini adalah ibu panti yang sudah biasa di panggil ‘eomma’ di tempat ini terdengar
“di bandingkan riwayat anak-anak lainnya, hanya dialah yang perlu di khawatirkan. aku yakin orangtuanya tengah mencarinya. Yang aku takutkan adalah mereka berpikir kalau putra mereka sudah meninggal.” Ucap suami eomma. Kami memanggilnya appa disini
“kemarin aku memeriksa kwangmin ke dokter, ternyata pita suaranya rusak karena kejadian itu. selain itu karena benturan yang keras pada kepalanya, ia kehilangan setengah dari ingatannya. Kemungkinan besar, ia mungkin hanya mengingat namanya namun tidak keluarganya. Mungkin ia akan lupa akan orang-orang terdekatnya. Hanya secerca memori kenangan yang tersimpan.” Aku terkejut. Meskipun aku masih kecil, aku hidup bersama kakekku yang seorang dokter. Jadi aku banyak di jelaskan mengenai penyakit2. Usai kakekku meninggal, eomma malah meninggalkanku.
“apa itu bersifat permanen ??”
“kata dokter, ini tak permanen namun untuk memori2 yang hilang itu akan kembali memerlukan waktu yang tak sebentar. Mungkin perlu sekian tahun atau bahkan tak bisa kembali. Namun bukan itu yang ku khawatirkan. aku mengkhawatirkan pita suaranya. Memerlukan operasi untuk mengembalikannya ke semula”
“kalau begitu operasi saja.” Usul appa
“keuangan pantisedang sangat buruk. Anak asuh kita bukan hanya dia. Kalau uang kita habis, bagaimana dengan yang lain ? itu yang kupikirkan. Operasi pun sangat mahal” Jelas eomma
“baiklah. Aku akan berusaha ! jika perlu, aku akan mencari pekerjaan lagi dan mecari investor dan penggalang dana untuk panti kita. Aku mencintai anak-anak itu. apapun ku lakukan hanya untuk mereka.” Ucap appa
“aku juga akan membantumu. Selama itu baik, aku akan mengsupport” ucap eomma
Aku tersenyum senang dan berlalu pergi. Dengan  setengah berlari menuju keberadaan kwangmin. Aku sampai lupa kalau dia sedang menungguku. Kami berjanji untuk bermain sepeda sore kali ini.
Flashback End

“ada apa itu ? ramai sekali” ucapku ketika melihat gerbang sekolah kami di kerubungi para siswa. Seolah di tengahlah pusat segalanya. Aku menoleh ke arah kwangmin dan dia hanya menggedikkan bahu dengan wajah mengartikan ‘aku tak tahu’.
Aku pun menghampiri keramaian itu. ingin tahu ada apa atau apa yang telah terjadi.
“ada apa ?” tanyaku pada seorang yeoja paling belakang
“ada namja-namja tampan. Mereka anak-anak baru sekolah kita. Kau tahu boyfriend ?” tanyanya dan akupun menggeleng
“dasar. Terlalu banyak berteman dengan namja bisu sih. Boyfriend itu boyband baru yang baru debut itu. youngmin, minwoo, jeongmin. Three Min, akan sekolah di SMA kita. Mereka sangat tampan.”ucap yeoja itu. aku kesal dengan ucapannya karena secara langsung menghina kwangmin.  Ku lirik kwangmin dan dia ternyata tengah menunduk.
“jaga ucapanmu.” Ucapku ketus dan menggandeng kwangmin segera menerobos kerumunan manusia yang menutupi gerbang sekolah. Menutupi jalan kami menuju gedung sekolah saja.
Namaku Fei Lin dan aku paling benci pada orang-orang yang menghina sahabatku. Aku benci ada orang yang membuat kwangminku menjadi bersedih hanya karena kekurangannya.
Fei Lin POV’s end

***

Mungkin bagi anak-anak remaja, mengucap kata cinta itu hal yang biasa dan mudah namun tidak bagi orang yang selalu merasa kalau ia tak layak. Merasa kurang pede dan terkadang putus asa. Itulah yang di rasakan kwangmin. Memiliki rasa lebih dari sekedar sahabat pada fei lin namun ia terlalu takut. Sempat terucap namun karena kepolosan dan ketidak pekaan sang gadis, kata cinta yang terucap susah payah itu pun sia2 dan mengakibatkan ketidak pedean dan keraguan ketika berada di samping sahabatnya. Berusaha menjauh sebisa mungkin namun ternyata jalinan persahabatan bagi seorang fei lin itu segalanya. Fei Lin sendiri merasa tak bisa hidup jika harus kehilangan sahabatnya, kwangmin. Memang semua harus kembali ke asalnya. Semoga saja ucapan cinta tersebut berani ia katakan di saat yang akan datang dan lebih bisa di terima.

***

“para gadis mengerubungi kita. Apa gadis barusan buta ? kau lihat kan hyung.” kata minwoo pada youngmin dan jeongmin ketika mereka sudah terbebas dari para yeoja
“mungkin dia sudah memiliki namja. Kau tak lihat kah dia menggandeng seorang namja culun.” Ucap jeongmin
“aku lihat. Hanya sekilas tapi kenapa aku merasa namja culun itu mirip denganmu, youngmin hyung ?” pertanyaan polos minwoo sekilas membuat namja berambut pirang tersebut menoleh dan heran
“apa kau gila . jangan bicara sembarangan. Kita harus segera menuju ruang kepala sekolah untuk bertanya dimana kelas kita. Terlalu lama di tempat umum membuatku merasa ingin di telanjangi.” Ucap youngmin
“gadis-gadis itu seperti paparazzi saja. Membuat risih.” Tambah jeongmin dan minwoo hanya manggut-manggut. Berhubung di sini ia yang paling muda jadi ia tak berani banyak mendalih.
“apa itu karena aku terlalu tampan kah ?” ucap minwoo tiba-tiba sambil menjetikkan jari.
“berhenti berbicara sembarangan. Ucapanmu membuatku ingin muntah” ucap youngmin sinis lalu melangkah lebih cepat mendahuluinya.
“sabar ya nae dongsaeng-i. Dia memang sedang emosi jadi kata-katanya selalu pedas.” Kata jeongmin sambil mengelus puncak kepala minwoo. Minwoo yang memang masih anak-anak pun hanya menunduk. Status sebagai anak tunggal memang membuat minwoo tak pernah sedikitpun merasakan kekasaran meskipun hanya sebatas kata-kata.

Sedangkan di kelas XI.11 yang merupakan kelas anak-anak berotak kurang dan terkenal paling heboh padahal muridnya paling dikit pun tengah sibuk meributkan masalah anak baru yang selebritis itu, tepatnya para yeoja-yeoja. Fei Lin yang baru datang pun hanya bisa mencibir dan duduk di bangkunya. Ia dan kwangmin memang berbeda kelas. Memang tuhan itu sangatlah adil. Walaupun dia memiliki kekurangan tapi ia sangat cerdas bahkan menurut fei lin, bukan hanya cerdas melainkan jenius. Berbeda dengan dirinya yang selalu menduduki nyaris peringkat terbawah dalam satu angkatan. Maklumlah, fei lin itu paling males jika di suruh belajar. Dikelas aja ia sering tertidur atau kalau tidak, ikut bermain bersama teman-teman sekelasnya yang nakal juga. memang sih, kelasnya ini saja hampir bisa dibilang sebagai kelas buangan. Hanya ada 23 murid dengan 7 yeoja dan sisanya namja. Sedangkan kelas-kelas lainnya terdapat 34 siswa.
Fei Lin yang malas menanggapi teman-temannya yang berisik pun menaruh kepalanya di atas meja. Berniat tidur sebentar karena pagi ini bangun terlalu pagi.
“HOREEEEEEEEEEE” sorakan para yeoja secara tiba-tiba dan membuat gendang telinga para manusia normal akan rusak
“AIGOOO !!  KALIAN BERISIK SEKALI ! AKU MAU TIDUR” Omel fei lin histeris. Suaranya mengalahkan suara teman-teman yeojanya
“heii .. Fei, tak biasanya kau seperti ini.” Komentar salah seorang yeoja
“iya nih. Lihat itu, ada namja tampan yang masuk kelas kita. Jarang sekali loh.” Ucap yeoja lain dengan semangat. Fei lin pun segera melihat ke arah pintu dan ternyata namja yang di kerubungi di gerbang tadi.
“sudah tenang, tenang. Huh .. kapankah kelas ini bisa lebih tenang.” Gerutu mrs. Park , “silakan, youngmin dan minwoo masuk kekelas baru kalian” persilakan guru itu. Fei Lin memandang namja berambut pirang itu dengan tatapan aneh dan heran.
“aku seperti pernah melihat wajahnya.” Batin Fei Lin
“annyeonghaseo ..  Naneun Jo Youngmin imnida. Kupikir tanpa banyak kata kalian pasti sudah mengenalku.” Perkenal youngmin dengan gaya angkuh.
“annyeongg .. Naneun No Minwoo imnida. Namja tampan, imut, cerdas, ..”
“jangan banyak berbicara minwoo.” Potong youngmin.
“huh .. baiklah. Sekian perkenalan kami.” kata minwoo menutup
“baiklah. Kalian bisa duduk di bangku sebelah sana. Lu han dan Jinyoung, bisakah kalian pindah ?” ucap mrs. park
“Ne ..” jawab jinyoung dan Lu han berbarengan dan mengambil posisi pada bangku di depannya. Mrs. Park sengaja mendudukkan minwoo dan youngmin di kursi di baris ke tiga urutan ke tiga atau tepatnya di tengah agar mereka lebih mudah dalam hal berkenalan.
“Mrs park .. kenapa Lu han dan jinyoung yang di pindahkan ?” protes Fei lin. Kesal karena dengan begitu selain teman ngobrolnya lenyap, ia jadi harus duduk di belakang dua namja menyebalkan itu
“keberatan ?” tanya minwoo dan di balas tatapan sinis Fei Lin
“agar kau dan mereka tak banyak membuat keributan lagi.” alasan mrs park acuh tak acuh.
“huh .. alasannya tidak adil” gerutu Lu han. Ia jelas juga kesal dengan mrs. Park. Apalagi mendengar alasannya tak berarti itu. padahal sebetulnya Lu han menyukai Fei lin. Sayangnya, yang namanya Fei lin itu tidak pernah peka akan rasa seseorang. Kwangmin yang menyatakan langsung saja tak ia tanggapi. Makanya kemarin di jauhi. Sikapnya membuat namja polos seperti kwangmin menjadi tidak percaya diri.

***

“gadis yang tadi di belakang kita sangat cantik ya hyung.” Minwoo memulai pembicaraan ketika mereka berada di kelas yang sepi. Malas rasanya berada di kantin karena pasti akan lebih tidak tenang
“apa cantiknya ? biasa saja” dusta youngmin
“gadis yang seperti apa sih ?” tanya jeongmin penasaran. Ia memang di kelas ini karena mereka berbeda angkatan. Jeongmin 1 tahun lebih tua dari mereka.
“yang tadi pagi itu loh. Yang menggandeng namja culun yang kubilang mirip youngmin hyung.” Jelas minwoo
“Berhenti berbicara No Minwoo ! sekali lagi kau bilang mirip,  awas saja” ancam youngmin kesal.
Ddrrttt .. Ddrrttt ..
“ponselmu bergetar hyung.” Ucap minwoo. Youngmin memandang ponselnya malas. Terpaksa ia meraihnya.
“yoboseyo .. waeyo donghyun hyung ??” tanya youngmin to the point
“...”
“aku bersama minwoo dan jeongmin hyung.”
“...”
“kalau sudah tahu, kenapa bertanya.”
“...”
“di tempat yang jauh dari keramaian kota besar seperti seoul.”
“...”
“sudahlah hyung. Aku pusing kalau di suruh menjalani karir dan sekolah sekaligus. Paparazzi, fans, wartawan membuat semua jadi tambah rumit. Bilang saja, boyfriend sedang vakum. Cuti sementara” ucap youngmin
“...”
“aku tahu kita baru debut. Maka dari itu, berhubung bestfriend belum sebanyak elf ataupun shawol. Ada baiknya kita mengambil langkah ini sekarang”
“...”
“aku tak menggabungkan perasaan dengan karir. Sudahlah, kalau management minta ganti rugi, suruh saja appaku yang urus. Biar dia sedikit peduli pada putranya ini. Kalau kau ingin bersolo ataupun duet dengan hyungseung hyung juga terserah padamu toh kau leadernya. Yang pasti aku tak akan kembali secepat itu.” putus youngmin dan mematikan ponselnya.
“ada apa hyung ??” tanya minwoo dengan wajah polosnya.
“tutup mulutmu” bentak  youngmin lalu pergi meninggalkan minwoo yang berwajah sedih dan jeongmin yang memandang minwoo dengan tatapan ‘kasihan’.
“padahal aku sudah berbaik hati untuk memilih menemaninya ke kota ini tapi kenapa dia malah bersikap kejam padaku. Ini tidak adil hyung” adu minwoo sambil memasang wajah cemberut
“sudahlah .. ambil positifnya saja. Dan lain kali belajar dari pengalaman. Kalau tahu dia sedang kesal lebih baik kau diam saja. Kalau perlu pura-pura tak lihat. Bagaimanapun juga, kasihanlah youngmin. Ia pasti seperti ini karena masalah appa nya lagi.” nasihat jeongmin bijak. Memang sih alasan mereka berada di sini karena ingin menemani youngmin. Berbahaya kalau youngmin menghilang sendiri jadi akan lebih baik jika bersama mereka. Belakangan ini youngmin memang terlihat seperti kacau. Mudah emosi dan sensitif. Memang sih yongmin itu pada dasarnya mudah emosi namun dia biasanya terkenal amat menyayangi minwoo. bahkan minwoo sudah hampir dianggap sebagai dongsaengnya sendiri namun akhir2 ini, minwoo lah yang paling sering ia marahi. Sebagai pelampiasan mungkin.
“apa dia akan kembali sayang padaku ??” tanya minwoo penuh harap
“pasti. Mungkin masalahnya kali ini lebih berat dari yang lalu. Kau sabar saja, arraseo ?” Ucap youngmin. Memang youngmin selalu memiliki masalah yaitu dengan appanya. Semua member boyfriend tahu itu. namun tak disangka kali ini lebih besar dari yang sudah berlalu bahkan sampai membuat youngmin ingin menghilang dari public tepatnya dari appanya yang seorang pengusaha. Sayangnya, tak ada satupun member boyfriend yang tahu apa masalah yang selalu di debatkan itu. untuk hal yang satu ini, youngmin memang sangat tertutup.
Minwoo hanya mengangguk.

Di bawah pohon yang rindang, angin yang hangat saling berhembusan. Terlihat dua ingsan tengah menikmati makan siangnya bersama. Sambil menyuapi satu sama lain. Walaupun bekal mereka hanya makanan sederhana buatan rumah tapi terasa lebih enak karena di nikmati bersama.
“kwangmin .. kau itu makannya masih berantakan ya.” Ejek Fei Lin lalu menyentuh sudut bibir kwangmin. Menyapu kotoran disana. Kwangmin pun hanya tersipu malu.
“terima .. kasih ..” ucap kwangmin
“sikapmu aneh. Jangan canggung seperti itu, aku masih yang sama kok. Belum berubah menjadi seorang putri raja yang sangat cantik” canda Fei lin
‘kau memang belum berubah menjadi seorang putri raja yang sangat cantik tapi kau memang yang paling cantik tanpa harus menjadi putri raja’ ucap kwangmin dalam hati. andai saja dia bisa berbicara secara lancar, pasti sudah di ucapkan langsung pada Fei lin.
“kwangmin-ah, AAAA” pinta Fei lin sambil mengarahkan sendok berisi nasi kebibir kwangmin. Kwangmin pun menanggapinya dengan senang hati
“aku senang melihatmu makan. Sangat lucu” puji fei lin dan untuk kesekian kalinya kwangmin tersipu malu.
Tanpa mereka sadari, kegiatan mereka di perhatikan oleh sepasang mata bulat besar. Memandang dengan tatapan iri dan heran. Tatapan bingung dan penasaran. Tatapan ingin namun ragu.
“beruntung sekali namja itu, bisa mendapatkan kasih sayang yang tulus dari gadis itu. tatapannya sangat tulus. Aku butuh ketulusan itu” ucapnya sambil terus memperhatikan aktifitas mereka. Ia adalah youngmin. Kehidupan yang baginya penuh sandiwara. Kehidupan yang lengkap namun terasa semu baginya. Memiliki appa dan eomma yang nyata namun  terasa palsu. Ia merasa kalau tak ada seorangpun yang tulus dan menatapnya dengan kehangatan seperti tatapan Fei Lin pada namja culun yang tak ia ketahui namanya.

Youngmin POV’s

Apa pantas aku mengakui kalau aku iri ? ini tempat baru bagiku. Tempat yang ku pikir, aku bisa menyendiri karena ini hanyalah kota kecil. Ternyata di sini jugalah aku bisa melihat tatapan ketulusan yang sesungguhnya, aku selalu menginginkan itu. aku iri pada namja culun itu. dalam hidupku yang mungkin baru ada seperempat jalan ini, belum pernah aku mendapat tatapan penuh kehangatan dan ketulusan seperti tatapan gadis itu. padahal mereka hanya dari anak-anak panti asuhan tapi bisa mendapatkan ketulusan. Aku yang memiliki eomma dan appa saja tak pernah mendapatkan tatapan hangat dari mereka. Orang sedarah denganku saja seperti itu, apalagi yang tak sedarah. Itulah yang membuat aku berpikir kalau siapapun tak mungkin ada yang tulus lagi padaku. Mereka mau mengikuti dan berbaik hati denganku mungkin karena materi dan status appaku yang kaya raya. Apa perlu aku menjadi seorang yatim piatu untuk menemukan suatu titik ketulusan. Kalau dengan begitu aku bisa, aku mau. Tapi takdir selalu berkata lain. Satu hal yang kutahu, tuhan pasti membenciku. Maka dari itu sikapnya tak pernah adil padaku.
“sedang apa kau hyung ? aku mencarimu kemana-mana ternyata disini.” Sebuah suara cukup membuatku senam jantung. Huh .. pasti ini Minwoo
“YA !! kau membuatku kaget.” Bentakku.
“mianhae hyung. Kau melihat apa ?” tanya minwoo sambil melongok, “wahh .. kau jatuh cinta pada gadis cantik itu ?” tanya minwoo ketika menemukan sesuatu yang menurutnya menarik tapi bagiku itu tidak menarik
“Tutup mulutmu. Hah .. aku lapar.” Gumamku
“tadi saat mencarimu, aku sempat membeli roti. Satu sudah ku makan, tinggal satu” ucapnya sambil menyodorkan sebungkus roti. Aku pun meraihnya dan duduk di balik pohon tempat aku memperhatikan mereka tadi. Minwoo mengikutiku. Duduk di sampingku.
“hyung ..” panggilnya
“eummm ..” gumamku
“apa kau yakin ini tinggal lebih lama disini ??” tanyanya
“kau ragu ? kalau ragu, pulanglah bersama jeongmin hyung. Aku tak keberatan di tinggal sendiri.” Kataku
“aku tak ragu. Hanya saja ..”
“hanya apa ?”
“tak apa. Hehe ..” bocah ini berbicara tak pernah jelas. Aku tak peduli lah. Suasana pun menjadi sunyi. Tak ada yang memulai pembicaraan lagi. aku sendiri sedang mendengar lagu melalui headseat. Aneh juga kalau bocah ini diam. Biasanya dia banyak bicara.
“minwoo ..” panggilku namun aku enggan melihat ke arahnya.
Ia tak bergeming. Aku pun menoleh. Ternyata dia tertidur. Kasihan juga sih, dia jadi harus menemaniku ke tempat yang ia sendiri belum mengerti. Ia masih terlalu polos dan manja sampai2 sedikit kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri. Kami yang memutuskan menghindar dari public pun tak membawa banyak perabot. Syukur, aku memiliki sebuah rumah yang bisa kami tempati bersama. Hanya saja yang kutahu, minwoo cukup sulit untuk menyesuaikan diri di tempat baru. Setiap malam ia kesulitan untuk tidur karena bukan berada di kamarnya. Ia yang anak tunggal dan biasa di manja oleh eommanya pun menjadi kendala tersendiri baginya. Aku sendiri heran, kenapa ia memilih menemaniku. Apa ia tulus melakukan itu ? semua masih berupa pertanyaan tersendiri bagiku.
Kulirik jam tanganku dan ternyata sebentar lagi bel masuk berbunyi. Kuputuskan untuk menggendongnya di punggungku. Sesampai dikelas baru ku bangunkan atau kalau perlu ku bawa saja ke UKS. Sudahlah, ke kelas saja.
Perlahan-lahan aku membawanya. Semua mata terlihat memandang kagum ke arahku. Aku hanya memandang mereka datar. Kini aku menganggap diriku hanya orang biasa bukan selebritis.
Sampai di kelas, aku pun menghampiri jeongmin hyung. Ia terlihat heran melihatku yang menggendong minwoo.
“ku pikir ia kelelahan.” Ucapku dan jeongmin hyung mengerti. Namun tak lama ku rasakan minwoo sedikit tergerak.
“Aigoo .. hyung, aku kan berat kenapa kau gendong ? bangunkan saja !” katanya sambil berdiri dengan tegap.
“sudah jangan banyak bicara. Sebentar lagi kelas akan lebih ramai.” Ucapku ketus dan duduk di kursi
“aku kembali dulu ke kelasku.” Pamit jeongmin hyung dan keluar dari kelasnya. Kelas pun semakin sepi dengan suasana yang mencekam. Padahal kelas2 lain sudah ramai.
saat melewati kelas-kelas lain sudah sangat ramai atau mungkin seluruh siswa sudah duduk manis di kursinya namun aku heran mengapa kelas ini hanya ada gadis itu. bahkan gadis itu terlihat cuek sambil membaca komik dan mendengarkan musik melalui headseat nya. Aku pun berbalik dan mengentuk mejanya dengan jariku. Ia terlihat tak menyadarinya. Jelas saja, mata dan telinganya diberi aktifitas. Aku pun melepaskan headseatnya.
“aku menegurmu.” Ucapku
“oh ..” balasnya acuh dan kembali membaca komiknya
“Heii .. hyungku mengajakmu berbicara.” Tegur minwoo dan aku menyenggol lengannya memberi tanda untuk diam saja.
“bicara saja. Headseatku kau ambil jadi aku pasti mendengar ucapanmu” katanya sembari tetap fokus pada komiknya itu.
“kenapa kelas ini sangat sepi ? padahal kelas-kelas lainnya sudah ramai karena mereka menyadari kalau sudah mau bel.” Ucapku
“kelas ini baru ramai ketika guru sudah masuk kekelas. Ini merupakan kelas sisa jadi maklumi saja kalau anak-anaknya paling tak wajar karena kami semua rasa, mereka memperlakukan kami secara tak wajar juga.” jelasnya tanpa melihatku
“huh .. kalau berbicara dengan seseorang tanpa menatap lawan bicara, namanya tidak sopan” kata minwoo.
“lebih baik kau diam saja dongsaeng.” Ucapku
“kenapa kelas ini lebih sedikit muridnya ?” tanyaku
Ia pun meletakkan komiknya. “kau itu terlalu banyak bertanya padahal namaku saja belum tentu kau tahu. Naneun Fei Lin imnida. Kalian bisa memanggilku Fei. Siapa nama kalian ?”
“Mwoo ?? bahkan tanpa harus memperkenalkan diri seperti tadi di depan kelas saja, semua anak-anak tahu kami. tapi kau tak tahu kami ?” minwoo shock
“apa itu penting. Aku terlalu sibuk, aku tahu kalian selebritis dan aku tak peduli.” Ucap gadis di depanku, aku hanya memandangnya takjub
“naneun Jo Youngmin imnida. Nae dongsaeng in my idol group, namanya No Minwoo” jelasku
“ohh ..”
“aku bertanya kenapa kelas ini muridnya lebih sedikit ?” tanyaku, mengulang yang tadi
“ini adalah anak-anak dari peringkat terbawah dan terkenal sebagai anak-anak bermasalah. Ke-23 anak di sini merupakan anak-anak dari peringkat 23 terbawah. Mungkin karena kelas lainnya penuh, kalian di masukkan ke sini, tapi ketika pengambilan rapor nanti, nilai kalian bagus mungkin kalian akan di pindahkan ke kelas yang lebih baik” jelasnya
“apa kau anak yang bermasalah ?” tanyaku
“tidak. Aku biasa saja. Aku hanya mendapat peringkat 362.” Jawabnya
“kau sangat bodoh ternyata.” Ejek minwoo karena ia merasa pintar dan dari dulu selalu mendapat peringkat kelas. Itu yang kutahu dan aku diamkan saja dia. Setiap orang pintar memang seperti itu
“setidaknya masih ada satu orang di bawahku. Aku harap jangan sampai masuk peringkat 365 saja nanti.” Ucap gadis itu. memang tak ada makhluk yang sempurna. Meski ia cantik namun ternyata bodoh.
“lalu namja chingumu dimana ?” tanya minwoo dan aku menyenggolnya lagi
“tentu saja dikelasnya”
“dia di kelas berapa ?” tanya minwoo
“angkatannya sama dengan kita hanya saja ia di kelas pintar. XI 1. Dia bukan namja chinguku, kami berteman sejak kecil dan ia sudah seperti saudaraku” jelasnya, entah mengapa aku senang mendengar itu
“ternyata dia pintar. Hyung, namja yang mirip denganmu itu pintar.” Ucap minwoo dan nyaris saja aku ingin memasukkan sepatu ke mulutnya. Sungguh banyak bicara.
“mirip ?? aigoo .. betul katamu anak kecil. Pantas saja saat melihatmu, aku merasa tak asing. Wajahmu mirip sekali dengan ia. Dengan kwangmin. Nama kalian juga nyaris sama, youngmin-kwangmin. Seperti kembar.” Kata yeoja itu. kenapa penilaiannya jadi sama seperti minwoo. Awalnya aku ingin tertawa mendengar ia menyebut minwoo ‘anak kecil’, tapi tawa itu batal karena ucapan berikutnya
“aku bukan anak kecil.” Gerutunya
“oh ya ? berapa tahun lahirnya ?” tanya gadis itu
“Line 95.”
“sama denganku sih.” Gerutunya sambil garuk-garuk kepala, “bulan lahirmu ??” tanyanya lagi
“July” minwoo menjawabnya dengan patuh
“BINGO ! aku lebih tua darimu. Kau harus memanggilku Noona.”
“memang bulan lahirmu apa ?” tanya minwoo polos
“bulan Mei. Maka dari itu, namaku Fei.” Apa hubungannya? aneh. Ku pikir mereka pasti cocok. Aku saja sampai tak dianggap. Ternyata gadis ini tak sedingin yang ku kira. Dia dingin karena belum kenal saja.
“huh .. kenapa aku selalu terlihat paling kecil.” Gerutu minwoo ngambek dan kembali hadap depan. Lucu sekali.
“hah .. bosan sekali kalau sesepi ini.” Kataku.
TING TONG
Drap drap drap drap drap ..#bunyi langkah kaki
“tak akan sepi lagi.” ucap fei lin sambil kembali membaca komiknya.
Berbondong-bondong manusia masuk kedalam ke kelas. Cewe dan cowo saling berbaur, tak ada batas yang membedakan. Berebutan masuk ke dalam kelas.
“Kenapa kampungan sekali sih gaya mereka ?” gerutu minwoo. Aku pun menyenggolnya. Kalau sampai terdengar lalu mereka kurang senang, bisa habis nanti dia.
“jaga omonganmu.” Tegurku, dia pun mengeluarkan gaya lebaynya dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu memberi ekspresi terkejut yang dibuat-buat. Aku pun menjitaknya.
Di susul dengan seorang guru gendut dan jelek lalu pelajaran pun dimulai. Entah aku yang sebagai rakyat(?) baru maka tidak tahu adatnya seperti apa namun mayoritas anak-anak terlihat tak peduli dengan yang di bicarakan guru di depan. Ku lihat minwoo sedang sibuk memperhatikan jadi belum menyadari keadaan. Ku putar kebelakang kepalaku, fei lin sedang sibuk membaca komiknya. Lalu anak-anak di barisan terbelakang sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Ku lihat yang duduk di depan malah ada yang bermain psp. Para yeoja-yeoja beda lagi, mereka sibuk bergosip di barisan pojok. Membuat lingkaran dan duduk bersama. Lalu ada juga namja yang sibuk tidur, makan. Ckck .. ini tidak seperti kelas. Dan songsaenim terlihat tak peduli. Ia sibuk dengan dunianya yang mengajar dengan seorang murid barunya, Minwoo. Aku hanya sibuk memperhatikan sekitar. Sepertinya lain hari aku harus bawa peralatan piknik, game, dan komik untuk bergabung dengan mereka. Menyesuaikan dengan adat kelas ini(:kekeke ..) 

Youngmin POV’s END
***
Sepasang remaja tengah asik memakan es krim mereka sambil bergandengan tangan. Berniat menghabiskan hari ini bersama hingga lembayung senja menghilang.
“kwang-ah .. berjanjilah sikap seperti kemarin cukup terjadi sekali seumur hidup. Ne ..?” kata Fei
“aku .. janji ..” jawab kwangmin sambil tersenyum. “andai saja, fei sadar kalau aku menyayanginya. Cukup sekali ! kalau sekali lagi, aku pasti lebih malu daripada kemarin dan akan segera menghilang dari muka bumi” ucap kwangmin dalam hatinya. Andai saja, ketika berbicara dalam hati dengan berbicara secara langsung dapat sama lancarnya.
“kwangmin. Apa kau akan tetap berada di sampingku ?”

Kwangmin POV’s

“kwangmin .. apa kau akan tetap di sampingku ??” aku sedikit tersentak dan nyaris menumpahkan es krimku. Segera ku gandeng tangannya ke arah bangku taman dan duduk bersama di sana. Ku suruh ia memegang es krimku sebentar dan diriku sendiri meraih tas ranselku. Berniat mengambil selembar kertas dan pensil. ku goreskan ujung pensil dan mulai menulis.
Aku akan selalu di sampingmu. Selamanya dan sepanjang umurku akan kuserahkan hanya untuk menjagamu ..
Lalu ku serahkan kertasku padanya. Akan membutuhkan waktu sangat lama jika ku ucapkan langsung. Aku tak mau ia hanya melihatku dengan pandangan jenuh dan tak sabar walau ia tetap menungguku menyelesaikan kata-kata itu langsung.
“berjanjilah .” katanya dan menyerahkan kelingking manisnya. Ku tautkan kelingkingku pada kelingkingnya dan tersenyum. Andai saja aku bisa seperti anak-anak normal pada umumnya. Aku hanya bisa berbicara lancar melalui hatiku. Tak ada yang mau tahu apa yang ku katakan selain fei lin. Hanya dia yang hingga kini masih mau bersabar meskipun harus menunggu sangat lama sampai aku menyelesaikan seluruh kata-kataku. Itulah yang membuat aku mencintainya. Dia tulus dan berbeda dari orang-orang lainnya. Apa mungkin karena kami sama. Sama-sama kehilangan orang yang di cintai. Tidak, kau jauh lebih beruntung daripada diriku. Aku jadi teringat saat melihatmu untuk yang pertama kalinya.
FLASHBACK :

aku hanya bisa duduk di pojok tembok seorang diri. Memperhatikan anak-anak lain tengah bermain. Ini tempat apa pun aku tak tahu. Kepalaku di perban dan masih terasa cukup sakit. Dan yang paling membuatku heran ialah, kenapa sulit sekali bagiku untuk berbicara. Setiap berbicara, terasa ada yang mengganjal dan melarangku mengeluarkan satu patah dua kata. Aku pun menghampiri seorang namja yang tengah bermain mobil. Aku ingin bermain dengannya.
“Boleh .. aku .. ikut .. bermain .. ?” aishh .. kenapa sulit sekali sih berbicara.
“dasar bisu. Aku tak mau bermain denganmu. Mainkan saja boneka usangmu itu.” ucapnya. Ia masih kecil namun kata2nya sangat pedas. ‘Bisu’ ? kupikir aku tak bisu karena aku masih bisa berucap kata. Sudahlah, aku tak ingin memusingkan ini.
Aku pun kembali pada tempatku semula. Sebetulnya anak namja tadi entah anak keberapa yang sudah kuajak bermain bersama. Semuanya menolakku. Ada yang mengataiku ‘bisu’, ‘cacad’, ‘Gagu’, ‘orang bodoh’ dan masih banyak lagi. aku menyerah. Di hina itu menyakitkan.
Ku lihat ada seorang gadis manis. Aku baru melihatnya, apa dia anak baru ? apa dia akan sama seperti yang lainnya ? Mungkin saja. Lebih baik aku tak menegurnya. Belum tentu dia mau berteman denganku.
“namaku Fei Lin. Salam kenal” ucapnya dihadapan anak2 lainnya. Namun mereka bersikap acuh tak acuh
“kau harus bisa berbaur. Eomma tinggal dulu ya.” Ucap eomma. semua memanggil orang itu eomma. ialah sekarang ibu kami.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk.
“bolehkah aku bermain denganmu ?” ucapnya pada gadis yang sempat ku sapa tadi. Dia sangat sombong.
“siapa kau ? anak baru, tak usah sok kenal dan menjauhlah. Aku anti melihat gadis kumuh sepertimu.” Ucapnya lalu mendorong gadis manis bernama fei lin
“Aku hanya ingin berteman. Kau tak perlu menghinaku.” Ucapnya kesal lalu melangkah pergi. Ku pikir ia ingin menuju kamarnya. Aku pun kembali pada aktifitasku. Hanya duduk di pojok dinding sambil memeluk boneka pikachuku. Aku heran, di boneka ini ada namaku dan nama seseorang. Kwangmin-youngmin. Tulisan itu berasal dari krayon. Apa youngmin itu saudaraku ? adik atau kakakku. Aku yakin, pasti aku sangat dekat dengannya sampai menulis namanya di bonekaku ini.
Beberapa saat kemudian ia kembali ke tempat ini. Memperhatikan setiap anak yang bermain. Terkadang ia bertanya apakah ia boleh bergabung dan selalu di balas dengan kata2 kasar. Kenapa anak-anak disini tidak bisa di ajak bersahabat ? apa karena mereka merasa sudah sempurna sampai tak ingin menerima orang lain yang memiliki kekurangan.
Dia merenggut dan kecewa. Sekilas dia melihat ke arahku yang sedang melihatnya juga. lalu dia tersenyum tipis dan melangkah keluar. Heii .. dia orang pertama yang tersenyum padaku. Lebih baik kuikuti saja dia. Ku lihat dia berjongkok di bawah pohon sambil merengkuh kedua lututnya lalu menangis. Aku ingin menghampirinya namun kalau dia menolakku seperti yang lain bagaimana ? aku jadi ragu. Tapi kuyakinkan diriku kalau dia berbeda. Aku ingin menghiburnya. Aku tak suka melihat gadis menangis terlebih seperti itu. kulangkahkan kakiku menuju tempatnya berada ..
FLASHBACK END

“heii .. lihat, disana sangat indah.” Katanya menunjuk ke arah langit yang terlihat berwarna oranye sempurna. Kami sudah biasa melewatkan hari seperti ini namun tetap saja aku merasa seperti pertama kalinya. Sangat berharga dan ingin selalu terjadi esok dan esok lagi.
“sangat .. indah ..” kataku
***

Tugas benar-benar membuatku pusing. Selain itu para guru pun seakan memanfaatkan segala tenagaku. Aku kesal kalau dijadikan asisten mereka. Membuatku dipandang berbeda oleh anak-anak lainnya. Mereka berpikir kalau aku terlalu sok pintar dan banyak cari perhatian guru. Padahal aku tidak seperti itu. aku kesal karena di juluki “kutubuku bisu” atau “penjilat ulung”. Banyak yang tak suka padaku. Oh God, apa dunia ini terlalu banyak orang yang selalu berpikiran negative. Selalu memandang orang dari kekurangannya, sungguh bukan hal yang terpuji. Aku ingin memiliki banyak teman.
Seperti saat ini, aku di suruh mengangkat buku-buku ini ke ruang perpustakaan seorang diri. Jelas aku tak sempat menolaknya dan terpaksa menjalankannya. Aku seperti pesuruh saja.

Kwangmin PoV’s END

BRUUUKKK ..

Namja sederhana yang sedang membawa setumpukan buku sampai membuat wajahnya tak terlihat dan dia sendiri kesulitan melihat jalan. Orang-orang enggan menolongnya dan hanya memandangnya dengan tatapan siniz. Barusan tanpa sengaja dia bertubrukan dengan seorang namja pula. Murid baru yang langsung membuah pamor nya naik. Sangat terkenal. Mereka sama-sama jatuh tersungkur.
“Mian ..” kata namja sederhana yang kita ketahui bernama kwangmin
“tak apa” jawab namja yang satunya, terlihat sangat angkuh. Lalu melangkah pergi meninggalkan namja yang sederhana itu. namja angkuh itu adalah youngmin.
‘huh .. betul2 sombong’ keluh kwangmin dalam hati dan kembali mengumpulkan buku-bukunya.
“kau baik-baik saja ?” tanya seorang namja, membuat kwangmin menengadahkan kepalanya.
“aku jeongmin. Mari ku bantu” ucap jeongmin ramah lalu meraih buku-buku yang masih tersisa. Dia sejak tadi memang mengikuti youngmin yang bersikap dingin pagi ini, sampai saat ini lalu memutuskan untuk menghentikan sejenak niatnya itu.
“terima .. kasih ..” jawab kwangmin setelah dia dan jeongmin sudah berdiri tegak
“ini mau di bawa ke perpustakaan bukan ?” tanyanya dan di jawab anggukan oleh kwangmin ‘sangat mirip’ batinnya. Dia memang akhir-akhir ini diam2 memperhatikan youngmin sekaligus kwangmin karena menurut pendengarannya, youngmin memiliki saudara yang hilang saat dia kecil dulu dan berdasarkan firasatnya, api dari masalah antara youngmin dan appanya adalah hal ini. Sebagai teman kecil youngmin, jeongmin sedikit banyak mengerti masalah seorang Jo Youngmin walaupun tak di ceritakan. Dan alasan dia memperhatikan kwangmin juga ialah karena wajahnya itu. sangat mustahil jika orang tanpa hubungan darah bahkan baru kali ini bertemu bisa semirip youngmin-kwangmin. Mereka sangat persis bagaikan benda dan bayangan. Bahkan tinggi mereka sama. Entah ini sekedar firasat atau kebenaran yang pasti jeongmin merasa cepat atau lambat akan terjadi hal yang besar apapun itu.
“caramu berbicara terdengar sangat kesulitan. Apakah kau sakit ?” tanya jeongmin setelah mereka sudah sampai di perpustakaan. Usai menaruh buku-buku itu, mereka pun mengobrol bersama. Karena takut jeongmin bosan bicara dengannya, kwangmin pun mengeluarkan note biru dan menulis jawaban untuk hal yang di tanyakan padanya.
Ini karena kecelakaan yang ku alami saat kecil
Di serahkan note itu padanya.
“eh .. kau pernah mengalami kecelakaan ?” jeongmin agak tersentak kaget dan mengingat dulu youngmin pernah menangis di depannya sambil menyebut-nyebut soal kecelakaan. Saat itu, jeongmin baru sekitar seminggu mengenal youngmin, selaku teman di playgroup.
Kwangmin hanya mengangguk.
“apa kau ingat pada saudara ataupun keluargamu?” tanyanya lagi, memang terdengar lancang namun jeongmin tak bisa meredam rasa penasarannya
“Tidak .. ada .. yang .. ku ingat” jawab kwangmin
“eh ?”  

To Be Continued
 gimana menurut kalian ? gaje kah ? tinggalin jejak ya.

Sabtu, 05 Mei 2012

penuh makna

 haii guys .. pengen curhat2 gitu deh ..

kemarin gue beli-beli kaset dvd. terus beli deh kaset DREAM HIGH 2. awalnya sempet rada males sihh nontonnya, tapi lama2 filmnya keren terus romantisss gituu .. meskipun ga semua pemeran dream high 1 muncul. hanya suzy miss A, kim soo hyun dan IU doang. ga ada taecyeon 2PM -_- huhu .. gpp dehh. di film ini gue paling suka ama JR, yang berperan jadi ui bong, ga tau ngapa tapi gue ngerasa mukanya mirip taecyeon deh*just my opinion. intinya imut-imut gitu dehhh.
film ini tuh keren dan ada maknanya banget. ada pelajaran yang bisa kita ambil dari sini untuk terus bermimpi dan jangan pernah menyerah pada mimpi kita. terus belajar dan berusaha. meskipun disini kurang suka hye sung yang peranin kang sora. abis kesannya dia cengeng banget, tapi niat dia buat maju itu top banget. keren deh intinya meskipun endingnya kurang memuaskan dan sama seperti dream high 1, rada gantung. udah itu, ga seneng deh kalo kang sora ama JB. ga cocok !*just my opinion. but over all, banyak yang bisa kita pelajari dari film ini.

selain jalan ceritanya yang bagus, soundtrack2 lagunya juga enak2. apalagi lagu yang iringin pas JB dan hye sung di gereja. when i can't sing dengan penyanyi original se7en, atau di film itu yang nyanyi JB. dream high version.  lagunya keren banget dan bermakna banget. gue suka banget tuh lagu.
terus lagu hello to my self milik wonder girls , yang nyanyiin hye sung pas lagi main piano. itu enak banget lagunya. dan yang terakhir yang gue suka tuh WE ARE THE B. itu lagunya simple dan nadanya enak banget. yang nyanyi kang sora, jinwoon 2am, JR, sama yang jadi lee seul*lupa.
liriknya gini nih :

드림하이 – B Life (B급인생)(we are the B)-- jinwoon 2am, kang sora, Jr dream high 2
I am a boy just a boy
su ma nun bo i jung e
gu jo han bo i mwon ga
tuk byol han gi op go
mu ot to
ne sul ke yo om nun
gu ron.. sa ram

I am a girl just a girl
ji na ga nun gol bwa do
mo ru nun gol
jon hyo ye pu ji do an ko
nun nat ko
pyong bom ha gi gu ji
om nun sa ram

u ri nun B ah-B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun
u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun
u ri nun B B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun
u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun

byol bo ril
om nun bo ril
sul de om nun sul te
man ga jot jo
bu jil om nun tam bang
ul man
ju ruk ju ruk hu li go it jo

dap dap han
ne mam bo da
do dap dap he ha nun
ne ju wi ye
sa ram du re
pyo jong bo da
na ka ji ji cho ga jo oh

u ri nun B ah-B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun
u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun
u ri nun B B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun
u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun

on jen ga
ne a ne in nun ne
tuk byo ra mul cha ja ne
bo yo jul na ri i sul ka yo
ma u me
ol ma nam ji a nun ne
ku mul da ir ki jo ne
na ye ge bi chi bi
chul su i sul ka yo

u ri nun B ah-B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun


u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun
u ri nun B B
B gub in seng
A gu bi dwe go shi pun
u ri nun B B
B jong sang dul
jong sang e so go shi pun

u ri nun B


keren loh lagunya. yang tulisannya gue bold itu bagiannya kang sora deh kayanya, artinya keren loh. udah itu lagunya semangat gitu dan dancenya lucu pas hye sung dkk nyanyiin. itu pas di misi pertama buat audisi menjadi super idol. endingnya hye sung dapet kesempatan buat sekolah di amerika dan berakhir dengan ia jadi komposer lagu.
intinya ini film pantes buat di tonton. remaja banget lah. yang main juga cakep2. Jiyeon T-ara cantik. TOP deh.

yaudah deh, segitu dulu. bye bye ..